Followers

Monday, September 29, 2008

29 RAMADHAN


29 RAMADHAN…

Hujan lebat membasahi bumi.. guruh sekali sekala berdentum.. seusai berbuka puasa dan hampir mencecah Isya’, hujan mula turun.

“Allahuakbar”, imam mula mengangkat takbir. Solat Isya’ berjemaah didirikan. Suasana hari ini agak lengang. Maklumlah, 29 Ramadhan. Penduduk sekitar kerteh dah mula balik kampung. Tapi Alhamdulillah, rasanya lebih dari 2 saf bagi sebelah pihak muslimat. Masjid Sultan Mizan, Kerteh ni agak aktif dengan kegiatan masyarakat setempat. Betul-betul dapat dijadikan tempat penyatuan dan pengukuhan persaudaraan. Kata ciksu (ibu saudaraku), ianya aktif lantaran dikelola oleh orang-orang muda yang moden. Ye lah, taklah nampak agak kekampungan sangat. Kerana itu kita memang amat memerlukan sumbangan tenaga dan idea dari orang-orang muda, yang dihantar belajar tinggi-tinggi di luar. Bukannya balik tanam anggur atau balik dengan membawa bermacam-macam fahaman seperti wahabi, secular, liberal dan sgainya. Generasi muda hari ini adalah penentu kpd keadaan generasi akan datang.

29 Ramadhan..

Aku mula mengimbas kembali saat-saat aku bersama Ramadhan. Sekejap je rasanya. Yelah, menyambut Ramadhan di CENFOS, tak terasa lama Ramadhan lantaran terlalu sibuk dengan tugasan seorang pelajar. Eh, Betul ke sibuk? J hmm.. ni adalah kali kedua menyambut Ramadhan di CENFOS. Pertama kali menghadapinya, mmg agak sedih. Mungkin kerana terlalu membandingkan suasana cenfos dengan di DQ dulu. Di DQ, letih macam mana pun mesti kena baca Quran. Tidak dapat tidak!! teringat lagi, bila tiba waktu zohor, pasti ramai yang syahid di masjid. Di masjid, suasana tenang dan damai. Dengan tiupan angin tasik yang menyegarkan. Oh, rindunya saat-saat dahulu. Tapi di sini,keadaan berubah. Terpaksa beralah dengan hal-hal lain. Masa untuk Quran berkurang. Tapi salah sendirilah tak pandai manage masa. Suasana sambutan Ramadhan di Cenfos, rasanya insyaAllah, wujud suasana sambutan tu. Dengan kehadiran flyers yang menghiasi susur gajah untuk ke kelas,edaran risalah, ceramah agama, bermacam-macam ifthor, qiamullail. Mudah-mudahan semua program ini tak tinggal hanya sekadar program, mg2 memberi natijah yang berbeza di samping meningkatkan ketaqwaan kpd Allah SWT. Tapi rasanya alangkah baiknya jika dapat mencontohi budaya masyarakat Arab di Mesir. Mereka membaca al-Quran di mana-mana. Dlm bas, tepi jalan dan lain-lain.

Dalam tempoh sebulan Ramadhan, rasanya aku menerima 2 berita kematian yang aku kira agak besar. Dua-dua dapat dijadikan iktibar dan versinya juga berbeza. Yang pertama, belum sempat untuk bertemu Ramadhan, namun telah pergi meninggalkan dunia ini. Terjun dari bangunan annex tingkat 3. Masa kejadian tu berlaku, asal masuk kelas je, mesti lecturer cerita pasal tu. Tak pun lecturer tanya student sebab tak tau. Pesan madam Fadi, sepatutnya kita kesal dengan apa yang berlaku. Inilah tanggungjawab kita untuk menyebarkan kefahaman agama kepada sahabat-sahabat. Namun, aku terasa juga terkilan bila ada kerani di UIA mengatakan kpd aku, “Dik, akak takut la nak hantar anak akak gi sekolah agama lepas kejadian tu”,aku terkejut. Yelah, kenapa sekolah agama yang nak dipersalahkan? Kalau dah sekolah agama pun ada masalah, apatah lagi yang tidak. kata sahabatku, berulangkali dia ulang ayat ni.. kita jangan judge keadaan kematian seseorang. Sebab kelak kita pun tak tahu keadaan kita mati macam mana. Mudah-mudahan dapat dijadiakn iktibar.

Dan kisah yang kedua, kisah yang cukup sayu. Pemergian seorang srikandi jihad, kehilangannya cukup dirasai. Biarpun aku tidak mengenali arwah kak Hajar, namun kebaikannya, jasanya, akhlaknya.. semuanya digambarkan oleh sahabat-sahabat. Mula-mula aku rasa biasa je. Yelah, sebab tak kenal. Tapi aku mula tau cerita ni dari Kak Hanim. Bersungguh-sungguh dia cerita pada aku. Semuanya tak menyangka dgn pemergiannya sebab arwah tak lah sakit berat sangat. Itulah ajal, tak mengenal usia. Namun, insyaAllah dengan tanda-tanda yang Allah perlihatkan, arwah pergi dengan Husnul Khatimah. Hati ini tersentap. Dengan usia 23 tahun, bau harum di sekitar rumah, bilangan orang yang solat jenazah sangat ramai, betapa Allah begitu memeliharanya. Malah arwah seorang anak yang solehah, tegas dalam urusan agama, bijak dalam pelajaran. Sikapnya yang ceria, cukup disenangi sahabat-sahabat di sekelilingnya. Semuanya aku tahu bukan kerana aku mengenalinya. Tapi dari blog abg2 dan kakak2 yang respon ttg kematian kak hajar. Eratnya ukhwah mereka.. aku kagum.. inilah ukhwah atas dasr tautan aqidah, di satukan di atas landasan jemaah.. Rabithah utuh di bawah lembayung rahmat Ilahi..

Kata ayah arwah di dalam blognya:

Wajahnya putih berseri-seri, lembut ayu dan tersenyum seolah-olah seperti sedang tidur. Kombinasi semua ini dan banyak lagi memberikan seribu alasan untuk kami lebih gembira daripada bersedih di atas pemergiannya. Namun sebagai ayah, kehilangan Kakak tetap dirasai dan dirindui. Kakak telah membawa bersama secebis hati ayah yang tak mungkin dapat ayah perolehi kembali di dunia ini. Ayah sayang kepada Kakak dunia hingga ke akhirat ……..

Kak Hajar pergi dalam keredhaan kedua ibu bapanya, sahabat-sahabatnya. Mudah-mudahan juga dalam redha Allah. Siapa yang tidak cemburu? Melihatkan kematian seorang insan dengan keadaan yang cukup indah. Dengan penuh kerahmatan dan kemuliaan.

Ku kira cukup setakat ini dahulu. Mudah-mudahan perkongsian ini memberi manfaat kepada diriku dan juga pembaca yang lain.

29 Ramadhan..

moga kita dapat istiqamah dgn amalan-amalan yang kita telah lakukan sepanjang bulan ini. insyaAllah. Ya Allah, pertemukanlah kami kembali di tahun depan. Andai tahun ini yang terakhir, maka jadikanlah Ramadhan ini yang terbaik buat kami.

Ya Allah, letakkanlah dunia di tanganku, bukan di hatiku..

Selamat Hari Raya Aidilfitri

Maaf Zahir BAtin

ISLAM DAN MATEMATIK

Matematik tidak hanya memiliki nilai kebenaran bukti tapi juga nilai keindahan yang agung. Saya kagum dengan ungkapan Bertrand Russel mengenai matematik, “Suatu keindahan, bagai ukiran, tanpa memohon belas kasih bantuan alam, tanpa keindahan musik yang menjerat dan memikat, keindahannya murni dan agung, mampu menuju kesempurnaan, sungguh merupakan seni teragung yang pernah dimiliki oleh seni itu sendiri.”

Kemudian saya tertegun dengan komentar St Augustine, pemikir Kristen terkemuka abad pertengahan, “Pemeluk Kristen yang baik dan taat harus menghindari ahli matematik. Bahaya besar telah tiba karena para ahli matematik telah mengadakan akad dengan setan untuk menggelapkan jiwa manusia dan mengurungnya dalam ikatan neraka.”

Tak kalah garang, para hakim agung Roma membuat slogan hukum, “Dalam mempelajari geometri, ilmu yang tercela dan terkutuk seperti matematik adalah HARAM hukumnya.”

Dua belas abad kemudian, Ahmad Sirhindi menjuluki ahli matematik sebagai orang idiot dan para pemujanya lebih tolol dan hina karena dia mengira bahwa matematik dan mempelajari matematik tidak ada manfaatnya untuk kehidupan manusia kelak di akhirat nanti.

Kecaman keras terhadap matematik ini terjadi pada zaman medieval yang terkenal obscure, dogmatic, dan irrasional. George Sarton membagi History of Science dalam beberapa zaman, setiap zaman berasosiasi pada seorang pemikir ternama, dan berakhir pada setiap setengah abad. Dari 450 BC sampai 400 BC adalah era Plato, dari 400 sampai 350 BC adalah era Aristotle, dan seterusnya.

750 M sampai 1100 M adalah merupakan zaman dimana dalam kurun 350 tahun secara keseluruhan peradaban dan ilmu didominasi oleh dunia Islam, zaman yang tak terkalahkan secara berturut-turut muncul nama-nama dari Jabir, al-Khawarizmi, ar-Razi, al-Mas’udi, al-Wafa, al-Biruni. dan Umar Khayyam. Dan hanya setelah abad ke-11 M barulah muncul nama-nama seperti Gerard dan Roger Bacon. Tapi kehormatan atas ilmu masih disandang ulama-ulama Muslim dalam kurun dua abad berikutnya yaitu Ibn Rushd, Nashiruddin at-Thusi, dan Ibnu Nafis.

Namun setelah 1350 M umat Islam tenggelam dalam samudra dogmatis yang hanya menelurkan beberapa ilmuwan handal pada abad 15 M.

Sejarah mengungkapkan fakta bahwa scientific brilliance selalu dibarengi dengan perkembangan matematik. Pada kenyataanya penemuan-penemuan matematik telah memuluskan jalan menuju kemajuan spektakuler dalam sejarah ilmu dan teknologi. Tidak ada satu negara pun yang pernah mencapai kesuksesannya tanpa penguasaan matematik. Ketika umat Islam mendominasi dunia sains, mereka sangat hebat dalam matematik.

Musa Al-Khawarizmi (780-850 M) merupakan salah satu dari scientific minds of Islam, yang mempunyai pengaruh dalam pemikiran matematik lebih dari ilmuwan abad pertengahan manapun. Dia tidak hanya menyusun buku aritmetika namun juga tabel-tabel astronomi. Magnum opusnya hisab al-jabr wa-l-muqabalah telah diterjemahkan kedalam bahasa latin dan digunakan selama empat abad sebagai buku panduan utama dalam mata kuliah aljabar di universitas-universitas terkemuka di seluruh Eropa.

Dengan mengenalkan jumlah yang tidak diketahui kemudian menemukannya, aljabar menjadi the open-sesame untuk berbagai penemuan; the be-all dan end-all dari semua ilmu sains.

Penyair ternama dan juga ahli matematik yang handal, Omar Khayyam (1048-1122 M) dan Nashiruddin at-Thusi (1201-1274 M) menunjukkan bahwa setiap besaran rasio, yang sepadan maupun tidak, adalah bilangan, rasional maupun irrasional. Dan teori tersebut kemudian secara pelan dan lambat menuju kesempurnaannya disaat bermulanya zaman renaissance di Eropa.

Iqbal, pemikir kenamaan asal Pakistan memuji at-Thusi karena telah melontarkan pertanyaan terhadap the uclidean postulate atas pararelism. Omar khayyam merupakan ilmuwan pertama yang membuktikan bilangan dari teori non-euclidean geometry yang nantinya ditemukan oleh Lobchersky, Riemann, dan Gauss secara terpisah selama pertengahan abad 19 M.

Omar Khayyam telah mendahului sejak 7 abad sebelum mereka, yang mana di kemudian hari, Einstein menggunakan the non-euclidean geometry untuk mengantarkannya pada “dunia baru” dalam bidang sains. Tidak ada petunjuk dan rumusan yang tidak dipecahkan oleh Umar Khayyam. Beliau juga mulai menggunakan grafik untuk mengkombinasi aljabar dan geometri untuk membuktikan persamaan kubik.

Pasti akan selalu diingat bahwasannya seorang jenius bernama Descartes yang kemudian memperagakan the tour de force dari kombinasi aljabar dan geometri, bersamaan dengan penemuan filsafat barunya dengan diktumnya yang terkenal, “cogito ergo sum”.

Belum ada lagi pemikir dunia Muslim yang mengikuti jejak Umar Khayyam dan menguatkan rasionalism, karena Imam Ghazali telah “terlanjur” menulis tahafutul falasifah. Memang, Ibnu Rushd kemudian juga menulis tahafut-tahafut. Namun sayangnya dunia Muslim menolaknya, sebaliknya orang Eropa berebut mengambilnya. Orang Eropa menjadi averoist; pengikut setia Ibn Rushd.

Al-Biruni sukses dengan the idea of function, yang mana menurut Spengler, adalah simbol barat yang mana tidak ada peradaban lain yang bisa memberikannya walaupun hanya sekedar petunjuk dan gambaran. The idea of function yang dilontarkan al-Biruni mengenalkan konsep inter-dependence dan movement, melihat dunia sebagai sebuah kumpulan proses inter-dependence.

Konsep ini merupakan konsep dialektik. Namun lagi-lagi disayangkan bahwa umat Islam tidak bisa mengembangkan embrio yang brilliant tersebut, dan akhirnya konsep tersebut berhibernasi selama berabad-abad karena umat Islam terbuai dalam lantunan ninabobo dogmatism dan irrationalism. Embrio tersebut baru muncul dan lahir kembali tatkala tersentuh oleh peradaban barat, sungguh ironis. Ide yang dinamis tidak akan pernah maju dalam lingkungan masyarakat yang statis.

Akhirnya, pada abad ke 17 M, secara tragis namun desisif, supremasi sains berputar “melawan” dunia Muslim, sungguh sayang.

Geometri Descartes diterbitkan pada tahun 1637 M. Ahmad Sirhindi meninggal pada tahun 1624 M, namun dia sudah terlanjur mengutuk matematik dengan ungkapan yang tegas dan lugas. Dengan mengecam matematik, kita telah melangkah jauh keluar dari parade barisan ilmu sains dan teknologi.

Seperdelapan dari ayat-ayat Al-Qur’an menekankan tadabbur, tafakkur, dan ta’aqqul. Implikasinya adalah bahwasanya Al-Qur’an menjunjung tinggi supremasi akal. Tatkala kita menolak akal dengan mudah kita akan menjadi korban obscurantism dan dogmatism. Worldview kita masih medieval. Islam telah menjalani transformasi dari revolusi aljabar menuju stagnasi aritmetik.

Tidak akan pernah berkembang matematik dan ilmu sains serta teknologi kecuali apabila dan hingga weltanshauung (worldview, red.) kita telah bersandar pada asas tafakkur, tadabbur, dan menjadikan ta’aqqul sebagai penjaga “pintu masuk” dunia Islam.

Islam bukanlah sistem yang tertutup sebagaimana pandangan kaum orthodox. Karena hal tersebut malah akan mencoreng citra Islam sebagai agama yang universal “rahmatan lil ‘alamin”. Islam adalah keimanan dimana Tuhan menyediakan manusia sesuatu yang baru, pada tiap paginya, “sarapan” yang bisa menjadi problem solving bagi berbagai permasalah-permasalahan baru yang muncul saat itu.

Saturday, September 27, 2008

pasakkan azam, padukan tekad.. insyaAllah najah


Segala puji bagi Allah yang telah mendidikku
Yang menghilangkan kebutaan dengan petunjuk dalam hatiku
Yang memuliakanku dan meneguhkan pendirianku
Sementara aku adalah orang yang penuh dosa dan kekurangan

Kemudian selawat dan salam ke atas rasul junjungan Muhammad
Manusia yang paling baik dan paling mulia
Berikut kepada keluarga dan sahabat baginda
Dan sesiapa yang mengikuti jalannya dari pada tabiin

Dengan Nama Allah Yang Maha pemurah Lagi Maha Penyayang.

Alhamdulillah, setelah sekian lama dapat juga meluangkan masa untuk menulis dalam blog ni. Buntu juga apa yang nak ditulis.. Mmg ada cita-cita tersemat di sanubari untuk menjadi penulis. Setakat ni baru beberapa sajak yang dapat dihasilkan. Tapi rasanya dengan bakat yang tidak seberapa, wajar untukku belajar dengan lebih banyak agar dapat menghasilkan penulisan yang lebih matang. Apepun, kena ingat yang blog bukan tempat untuk meluahkan perasaan yg sepatutnya menjadi rahsia hati..

Tetapi seperti kata sahabat ana, jadikan blog ni sebagai medan dakwah. Mudah-mudahan ada hati-hati yang tersentuh dengan penulisan yang kita tampilkan. Paling penting, kena IKHLAS!! Bukan untuk mencari populariti atau apa-apa yang sewaktu dengannya.

ERTI HIDUP PADA MEMBERI.. kata-kata siapa ek? Kalau siapa yang ada terbaca buku Ustaz Hasrizal, dia taulah kata-kata ni. Ringkas tapi cukup memberi makna yang mendalam. Mungkin Ustaz membawa kata-kata ini dalam kehidupan berumahtangga, namun bagi ana ianya dapat diaplikasi di mana-mana. Memikirkan soal peranan, bukan pada hak. Ana pernah membawa kata-kata ini sewaktu memberi tazkirah dalam satu mesyuarat PRESSS(Pre Sciences Students Society). Bagi ana, kalau di dalam persatuan, sekiranya kita sering memikirkan hak sebagai committee, ianya tidak akan berkesudahan. Kerana ianya tidak akan dapat tercapai 100%. Ada sahaja kekuarangan, malah terbeban dgn kerja-kerja yang ada.Tetapi sekiranya kita memikirkan soal peranan kita sebagai seorang yang memegang amanah, pasti apa sahaja yang kita lakukan tidak terfikir untuk mendapatkan balasannya.

Begitu juga dengan persahabatan, berada dalam jemaah, keluarga, pelajaran dan sebagainya. Namun, mudah ke nak buat? Cakap mmg la senang. Tapi, kita cubalah buat. Cuba jadi seorang yang sanggup berkorban. Kadang2 kita selalu memikirkan apa yang patut kita dapat sebagai seorang anak, seorang pelajar, seorang sahabat. Tapi x de plak fikir betul2 ttg apa yang patut kita beri. Bila kita tak fikir ttg hak berbanding peranan, tak delah kita ni nak berasa hati sangat kalau tak dapat sesuatu. Ye tak? Ana pun harap dapat didik jiwa untuk miliki sikap begini. insyaAllah.

Hmm.. sebut ttg peranan seorang anak. Imtihan final dah dekat. Kurang 2 minggu lagi nak exam. Nak-nak exam lepas raya. Huhu.. lecturer pun bimbang. Student bimbang tak? Masa raya, ujian masing-masing. Kalau yang jenis buat rumah terbuka tiap hari tu, nasiblah. Ana plak time raya jenis tak dok setempat. Hari raya pertama kat Kuala Terengganu, kampung belah mak. Raya kedua biasanya g Dungun,tempat rumah lama dulu. Ziarah jiran-jiran lama. Iyalah, hubungan silaturrahim kena jaga, jangan bagi putus. Lagipun rumah yang kat Dungun kena g tengok selalu. Kot-kot ada yang rosak, kenalah baiki. Banyak kenangan kami 7 beradik kat situ. Semuanya nakal-nakal.. bila dah besar,barulah lega sikit hati mak. J Raya ketiga plak kat kemaman, kampung abah. Eh, banyak plak cerita pasal raya. Itulah, tadi nak mula tulis bukan main payah. Bila dah tulis payah plak nak berhenti.

Bila dah dekat imtihan, apa yang paling penting adalah MOTIVASI DALAMAN. Ya, kerana ialah penggerak kpd jasad untuk sanggup bersengkang mata, bermujahadah dan sbg energy untuk menentang sifat malas.

Ana ambil kata-kata seorang masrawi dalam blognya:

“Kadang kala kita tercari-cari apakah cara yang terbaik untuk memotivasikan diri sendiri bagi mencapai kejayaan? Jawapannya sudah tentulah diri kita sendiri, iaitu kekuatan jiwa (القوة النفسية) dan pemikiran yang positif الفكر الأيجابى)) sebagai pembakar semangat dan perisai maknawi kepada kita apabila berhadapan dengan sebarang bentuk ujian dan cabaran. Maka menjadi kewajipan kepada kita untuk membina dan menggilap kedua-dua kekuatan dalaman tersebut dengan beberapa intipati agar ianya sentiasa segar dan utuh dalam sanubari.

Intipati Pertama : Kesedaran yang sejati الوعي الحقيقي))

Intipati Kedua : Keinginan yang teguh الأرادة القوية))

Intipati Ketiga : Kesungguhan yang jitu الجهد العظيم))

Intipati Keempat : Doa dan Tawakkal الدعاء والتوكل))

Kita haruslah menyedari bahawa kejayaan adalah suatu kebaikan yang dituntut ke atas umat Islam demi kebahagian dunia dan akhirat. Maka kejayaan kita dalam menuntut ilmu adalah kejayaan untuk Islam kerana dapat melepaskan diri kita dari belenggu kejahilan di samping dapat memberi peringatan kepada yang lain. Kejayaan dalam menuntut ilmu juga adalah merupakan hadiah istimewa buat kedua ibu dan bapa kita yang telah banyak berkorban harta dan tenaga. Bukankah seorang anak itu dituntut untuk melakukan kebaikan kepada kedua ibu bapanya? Maka menyedari akan hakikat ini, menjadi suatu kewajipan ke atas Tolibul Ilmi untuk mengambil berat tentang masa agar tidak digunakan pada perkara-perkara yang tidak berfaedah.

Al-Syeikh Ibnu “Atoillah Al-Sakandari menukilkan dalam kitabnya Al-Hikam :

الرجاء ما قارنه العمل والا فهو أمنية

“Suatu pengharapan itu mestilah diiringi dengan usaha, sekiranya tidak ia hanyalah menjadi angan-angan kosong sahaja”

Maka segala perancangan dan usaha mestilah dilakukan bersungguh-sungguh untuk mencapai impian dan matlamat kejayaan. Kemanisan suatu kejayaan itu hanya akan dapat dirasai selepas melalui kesengsaraan yang hanya bersifat sementara. Oleh yang demikian, ayuh kita mulakan langkah, lipatgandakan usaha, korbankan masa dan tenaga di samping memanjatkan doa dan tawakkal moga diiringan redho dan inayah Rabul Jalil.”

Tersentuh tak?? Mudah-mudahan sebagai peringatan kita bersama.:)

“Sufiah,belajarlah ilmu sains demi kepentingan ummah. Kerana umat Islam amat memerlukan ahli sains yang berjiwa agama. Bukan hanya sekadar belajar/mengajar ilmu Matematik tanpa menghubungkan dengan pemilik ilmu ini iaitu Allah SWT. Pujuklah diri untuk terus belajar Matematik biarpun ianya sukar”, kata Madam Faizah, lecturer kesayangan ana sewaktu ana berjumpa dengan Madam mengatakan kesukaran untuk belajar Matematik.

Ana terbaca dalam satu buku,

“Apabila engkau ingin memiliki kemahiran dalam suatu bidang maka ceburkanlah dirimu ke dalamnya, hadapilah pelbagai halangan dan rintangan yang ada di dalamnya, cintailah ia dan rinduilah keadaannya kerana seseorang apabila merindui sesuatu maka dia akan cenderung ke arahnya.”

Jadi?? Tumbuhkanlah minat pada Matematik, cintai Matematik, dan hidup dengan Matematik.

Mathematics without practising is nothing. Practice non stop. Biarpun ana telah jauh ke belakang, namun kehidupan sebenar mengajar agar lupuskan perkataan putus asa dalam kamus hidup. Move Forward!! Lakukan anjakan paradigma semampu mungkin.

Engkau harus melalui catra yang sukar, menghadapi rintangan dan hambatan sehingga engkau berhasil meraihnya. Firman Allah SWT yang maksudnya:

“Bersungguh-sunggguhlah engkau di jalan Allah dengan sebenar-benarnya.”

Jauhilah sifat malas, menunda-nunda waktu dan berangan-rangan kerana ia adalah pangkal kerosakan dan modal utama orang-orang yang gagal.

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bersungguh-sungguh dan Allah amat membenci orang yang lemah dan gagal. Sesungguhnya roti yang paling lazat adalah roti yang didapati dengan peluh bercucuran di kening, dan tidur yang paling lena ialah setelah kepenatan, dan sebaik-baik arsa kenyang adalah setelah lapar, dan sesungguhnya bunga mawar itu tidak akan gugur melainkan setelah ia mekar, dan dahan yang elok baru diketahui nilainya setelah ia dibakar.

Akhirul kalam

Mereka yang inginkan kkejayaan
Adalah mereka yang memiliki cita-cita yang tinggi seperti bintang yang bersinar
Mereka yang memiliki azim yang kuat
Yang dapat member petunjuk dan keutamaan.

Wallahua’lam

Saturday, September 13, 2008

Buat temanku tersayang..




“Sekudus iman atas layar kemuliaan”
ieman_grace

Kulayarkan kasih dan cinta buatmu
Atas jalinan yang suci nan indah
Sebuah persahabatan berpintal iman
Ikatan yang kita bina

Atas dasar cinta ilahi

Hati dipaut dengan kekuatan aqidah
Lantas berukhwah menjadi ibadah
Bertemu kerana Allah
Berpisah jua kerana Allah

Sahabatku,
Masih teringat saat pertama kali bertemumu
Di medan ilmu kita dipertemukan
Kau hulurkan salam persahabatan
Saat jiwaku gersang
Kau sirami kalam muhasabah
Di saat tandus amalku
Kau suburkan Qudwah

Di saat gugur semangatku
Kau bajai quwwah
Kita beriringan dalam perjuangan ini
Suka duka kita lalui bersama
Alangkah indah tautan ini
Dibajai cinta seluas samudera nian

Tika aku gembira
Kau turut mengukir senyuman
Tika aku dirundung pilu
Kau juga bersulam duka
Tatkala aku rebah di perjalanan
Kau hulurkan tanganmu menyambutku
Kata-katamu menghiburkan aku
Menghayati kembali pesanan rasul junjungan
Perjuangan perlu diteruskan
Biar apa yang menghalang
Janji Allah tetap dikotakan

Temanku,
Usah dikesalkan ujian yang mendatang
Kerana itu lumrah kehidupan
Orang beriman pasti akan diuji
Kerana syurga itu terlalu indah
Buat hambaNya yang sabar dan redha dgn ujian
Teguhkan langkahmu sebagai mujahidah
Padukan tekad semarakkan azam
Kau mampu mencorakkan kejayaan
Di arena persada dunia
Doaku sentiasa mengiringimu wahai teman

Seindah bayangan syurga
Kau titipkanku kalam Ilahi
Buatku tenang bersamamu
Sekudus salju memutih
Sesuci hati kau menerimaku
Sebagai teman jua sahabat
Takkanku lupa kenangan kita bersama
Kerana kau terlalu berharga buatku
Moga bumi ini menjadi saksi
Cinta kita bersulam taqwa
Rangkaian hati keagungan sang Pencipta
Kau sahabat kau temanku,
Kita musafir di bumi ini
Kelak kitakan pulang mengadap Ilahi
Sirami dirimu dengan bekalan IMAN dan taqwa
Moga destinasi KEMBARA indah di penghujungnya
Biar kita derita dengan lelah dan payah
Asal di sana tinggi darjat di sisiNya
Bangkitlah dari lena yang panjang

Kau mampu mencipta taufan dan berlari kencang
Agar umat kembali gemilang dengan tangan lembutmu
Semangatmu kental sebagai mujahidah
Tak ternoda dengan kilauan dunia

Sahabat,
Pesananku jadikan pedoman
Moga kejayaan milik kita bersama
Kenangi persahabatan ini
Lakarkan memori terindah kita di hatimu
Moga ianya tidak musnah dek hati yang hitam
Tidak menyirna jua dengan perpisahan sementara
Kerana kita pasti akan bertemu di syurga kelak
Bersama golongan muttaqin dan siddiqin
Mutiara-mutiara cinta berguguran
Seharum kasturi ku merasainya
Moga ukhwahfillah ini berkekalan buat selamanya
Ukhwafillah abadan abada
“Mujahidah sejati perindu syurga”

Kembara_sufi
11.45 am
30 oktober 2007
kelantan

AKUKAH HAMALATUL QURAN?



Bisikan ketenangan menyelubungi nurani, kesyahduan
ku rasakan amat bererti, acap kali ku terdengar alunan suara insan-insan kerdil

membasahi lidah dengan kalamMu Ya Ilahi, tiada putus-putus mendampingi kitabMu, membaca, mentadabbur, meneliti ayat-ayat suci. Segolongan insan yang dihormati, segolongan insan yang dipandang tinggi, inilah insan yang bergelar Hamlatul Quran, iaitu pendukung kitab suci. Hamlatul Quran itulah aku!

Terngiang-ngiang di telingaku ungkapan kata yang penuh makna, yang hanya dapat dihayati oleh hati-hati yang suci. Wasiat Ibnu Mas’ud yang berbunyi..

“...seharusnya bagi seorang Hamlatul Quran itu mengetahui...

malamnya ketika manusia dibuai mimpi, siangnya ketika manusia enak menikmati juadah, tangisannya ketika manusia bergelak ketawa, diamnya ketika manusia berkata yang

sia-sia, dan khusyuknya ketika manusia leka dengan kehidupan dunia...”

Aku merenung sejenak, Hamlatul Quran...begitukah aku?

Kata-kata itu mengetuk fikiranku, menyentuh hatiku, menyedarkan aku dari lamunanku, betapa Hamlatul Quran yang hakiki adalah insan-insan yang sanggup bermujahadah dalam kepayahan, mampu berkorban dalam tangisan dan rela imannya diuji dalam keperitan..Baru ku sedar, Hamlatul Quran..kau luar biasa!

Tatkala ku imbas kembali kisah silamku yang penuh dengan kelalaian, kealpaan, keseronokan seperti orang-orang kebanyakan, sememangnya tidak layak untuk diri ini dianugerahi dengan permata Ilahi yang nilainya terlalu tinggi jika dibanding dengan diri yang dhaif ini..

Namun... Kau anugerahkan jua aku kemuliaan ini, menjadi salah seorang insan pilihanMu, di dalam dunia Hamlatul Quran yang penuh dengan janji-janji manis di akhirat nanti.. ibu bapaku bakal Kau pakaikan dengan mahkota sebagai hadiah pengorbanan mereka mendidik ku mengenali kehidupan insani.

Tidak mahukah engkau dibangkitkan dengan sinaran cahaya jernih yang terpancar pada wajah yang berseri-seri? Hamlatul Quran, alangkah beruntungnya dikau..!

Sahabat-sahabat Al-Quran, sudahkah Al-Quran menakluki jiwamu? Menjadi kekasihmu, buah hatimu yang tiada bertepi? Ataukah manusia yang yang masih bertakhta di sanubari? Ataukah kasih manusia yang masih kau dambai? Pernahkah kau rasakan

Al-Quran itu teman sejati? Adakah impianmu sekadar satu ilusi dalam fantasi..yang implikasinya tidak sama dengan realiti kehidupan Hamlatul Quran?

Sahabatku... ingatlah, kita dipertemukan kerana Al-Quran, ukhuwwah mahabbah yang terjalin ini atas nama Al-Quran, dan semoga perpisahan kita adalah semata-mata untuk meneruskan perjuangan demi Al-Quran.

Ya Allah, jadikanlah aku seorang Hamlatul Quran yang sejati dan hakiki, sebagai penyejuk mata, penawar hati setiap insan di muka bumi. agar kehadiranku di dunia ini dihargai. Berkatilah aku dengan anugerah kemuliaan yang Kau beri. Sesungguhnya kehidupan di dalam dunia ini sungguh indah tidak terperi dengan alunan ayat-ayat suci yang sentiasa bermain di mulut, di telinga dan di hati. Lantas itu, ku pinta padaMu Ilahi, agar saat-saat akhir hayatku, alunan kalamMu jua yang mengiringi pemergianku.

KEMBARA SEORANG PEJUANG



Meniti waktu demi waktu
Tertulis kenangan di bumi barakah ini
Menggenggam erat jaya di lubuk perasaan
Adakah hanya satu impian atau ilusi?

Aku samarnya mengerti
Erti sebenarnya kata madah pejuang itu
Kepentingan diri harus dipertaruhkan
Jiwa raga wajar dikorbankan
Sukma suci perlu menyelami lafaz agung kalamullah
Diri dituntut menjiwai perjuangan seorang perwira
Mencintai syahid di penghujung perjalanan


Aduhai diriku,
Kukatakan diriku pejuang,
Lisan petah menuturkan bicara
Berjanji mengangkat martabat kalam agung
Berjanji membina daulah islamiah
Berjanji membela maruah ummatul muslimin
Berjanji pertaruhkan nyawa demi agama tercinta


Namun,
Aku masih berdiam diri
Statik berdiri dihanyut khayalan
Seolah terkedu tidak menentu
Hatiku bagai merelakan bahang kepalsuan duniawi

Menyimbah bumi yang penuh noda
Impian yang tinggal hanya tinggal ilusi
Aku pejuang yang tandus
Hanya melarik impian dalam mimpi
Meniti alpa dalam khayalan duniawi
Bicara hanya tinggal kenangan
Segalanya retorik memalsukan diriku
Yang bergelar pejuang
Dicipta oleh diriku sendiri

Tuhanku,
Aku hanyalah insan kerdil
Melayari kehidupan dengan secebis kekuatan
Menghitung kembara kehidupan
Mencari-cari sinar pancaran nur Ilahi

Mengharap cinta Agung dari Sang Pencipta
Aku meluah rasa segala perit getir
Menghalang jiwa dan dadaku
Tak mampu terus melegari ruang perjuangan ini
Ku amati saat berlalu
Bertali arus ujian mengguris jiwa
Dugaan tiba meresahkan atma
Terasa peritnya luar biasa hadapi segala suratan ini
Langkahku terasa payah
Diriku tak mampu lagi menanggung
Aku rebah atas kelemahanku sendiri
Siapalah aku di hadapanMu Ya Allah
Tiada tempat di hatiMu
Gementar atmaku

Tak layak dibanding dengan alim ulama’
Apatah lagi dengan dengan para sahabat dan salafussoleh
Ibadahku tak sehebat hambaMu yang berjiwa sufi
Zikirku tak sekhusyuk para waliMu

Tuhanku,
Tatkala ini aku terus gagahi
Perjuangan ini perlu diteruskan
Di kamar senja aku mencari teman mengadu di hujung rindu
Ku tatapi kalamMu lagi menghayati
Janganlah kamu bersikap lemah
Dan janganlah pula kamu bersedih hati
Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi darjatnya

Jika kamu orang-orang yang beriman
Helaian lain terus menggamit hati kecil

Sanubari terusik lagi
Dikesani belahan jiwa
Cukuplah Engkau Ya Allah buat segalanya
Engkaulah Pelindungku, Engkaulah Cinta Agungku
Tuhanku pencipta alam sebuana
Aku bukannya pengorak statik di bumi warisan ini
Aku bukanlah pejuang yang gigih menyerikan laman samudera nian

Namun
Selagi belum tibanya hari perhitungan
Selagi taqwa menjadi saksi
Selagi iman masih bersemi
Selagi aku masih bergelar
Umat teristimewa Muhammad Rasul mulia
Ku pinta secebis kudrat dariMu Ya Allah
Untuk mengorak kembali langkah seorang pejuang
Selagi hayat dikandung badan
Sebelum jasad dikandung tanah

Izinkan aku mengembara dalam kehidupanku
Dengan langkah yang teguh berpasak
Walau dirabak kata nista musuh persada
Hadir tribulasi yang tak mungkin dipadam
Pasti teguh tegak selari

Dipasang kukuh keyakinan berdiri
Kan ku semat kukuh berkonkrit tak rapuh
Hati kerdilku terasa kembali aman
Aku mengenggam erat keazaman membara
Mata ku berkaca-kaca
Ku pejam ia
Lelehan hangat air mata menyentuh pipi
Aku puas dengan lantunan ini

Ya Allah, letakkan dunia di tanganku

Bukan di hatiku.. AMEEN

Baiti Jannati

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Marwan Majdi

Daisypath - Personal pictureDaisypath Happy Birthday tickers

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails